Anggota Kelompok:
Sains
adalah hal-hal yang dihasilkan oleh riset, riset itu sendiri adalah
metode efektif yang telah ditemukan dan sesuai dengan zamannya. Psikolog
juga ingin mengembangkan sains pasti seperti fisika dan kimia. Akan
tetapi, riset ini belum memiliki metode riset yang pasti. Kemudian
lahirlah Behaviorisme, yang pertama kali dikemukakan oleh J.B.Watson.
Behaviorisme menjadi aliran dominan dari 1920-an hingga 1950-an, akan
tetapi tidak sepenuhnya bebas dari penentang. Pendapat yang menentang
yaitu, psikologi Gestalt yang menekankan pada pentingnya persepsi
pemelajar dalam situasi pemecahan masalah dan membahas persoalan
kognisi.
PENGKONDISIAN KLASIK DAN KONEKSIONISME
Dua pendekatan awal untuk mempelajari perilaku adalah Pengkondisian klasik dan Koneksionisme.
Argumen Dasar Behaviorisme
Perubahan
didalam masyarakat Amerika membuka jalan bagi studi perilaku
(Leahey,1992). J.B.Watson mendukung studi perilaku. Alasannya dalah
semua organisme menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui respon, dan
respon-respon tertentu biasanya disebabkan oleh peristiwa (stimuli)
tertentu. Setelah mendalami studi perilaku, Watson menemukan riset
refleks motorik dari psikolog Rusia, V.M. Bekhretev. Bekhretev berhaasil
memanipulasi reaksi behavioral didalam laboratorium. Hal ini membuat
Watson semakin percaya bahwa kontrol perilaku didunia nyata akan segera
dapat dilakukan. Akan ettapi, prediksinya ternyata keliru, namun begitu
pendapatnya sangat mempengaruhi penggunaan metode riset dan pengukuran
yang dilakukan para psikolog.
Asumsi Dasar
Istilah behaviorisme merujuk pada beberapa teori yang mengandung tiga asumsi dasar tentang belajar, yaitu :
1. Yang
menjadi fokus studi seharusnya adalah perilaku yang dapat diamati,
bukan kejadian mental atau rekonstruksi verbal atas kejadiaan.
2. Perilaku harus dipelajari melalui elemennya yang paling sederhana (stimuli dan respon spesifik)
3. Proses belajar adalah perubahan behavioral.
Pavlov dan Pengkondisian Klasik atau Refleks
Eksperimen
terkenal terhadap refleks dilakukan dilaboratorium Ivan Pvalov. Pavlov
menemukan bahwa reaksi tidak sengaja, keluarnya air liur, dapat dilatih
untuk merespon suara yang tidak berhubungan dengan makanan.
Pavlov dan Kaum Bolshevik
Masa-masa
revolusi Bolsevhik (1917-1921) adalah masa-masa sulit bagi Pavlov,
keluarga, dan laboratoriumnya. Pada Juni 1920, Pavlov menulis surat
kepada pemerintah untuk minta izin beremigrasi, dan beliau diberi status
khusus karena pada saat itu adanya larangan emigrasi bagi para ilmuwan
yang dikenal ditingkat internasional.
Riset di Laboratorium Pavlov
Fokus
dari riset yang diawasi oleh Pavlov adalah refleks air liur anjing.
Pavlov pada mulanya menyebut reaksi air liur ini sebagai refleks yang
dikondisikan. Riset berikutnya oleh V.N. Boldyrev menemukan bahwa
refleks air liur ini bisa dilatih untuk merespons (dikondisikan)
obek-objek atau kejadian dari modalitas indrawi seperti suara,
penglihatan, atau sentuhan. Misalnya, suara garpu diperdengarkan sebelum
makanan diberikan kepada anjing.
Riset di laboratorium Pavlov penting karena dua sebab, yaitu :
· Pertama,
beliau menunjukkan bahwa reaksi keluarnya air liur adalah refleks,
reaksi spontan yang terjadi secara otomatis ketika menerima stimulus
tertentu.
· Kedua, mengubah relasi alamiah antara stimulus dan reaksi itu dianggap sebagai terobosan penting dalam studi perilaku.
Paradigma Pengkondisian Klasik
Proses
dimana kejadian atau stimuli mampu memicu respon dikenal sebagai
refleks atau pengkondisian klasik. Proses pengkondisian klasik terdiri
dari tiga tahap sebagai berikut:
Relasi Pra-eksperimental
(alamiah)
|
Percobaan Eksperimental
|
Relasi Pasca-eksperimental
(dikondisikan)
| |||
Unconditioned
Stimulus (UCS)
|
Respons Refleks (UCR)
|
Stimuli yang
Dipasangkan
|
Respons
Refleks
|
Conditioned
Stimulus (CS)
|
Conditioned
Reflex (CR)
|
Makanan
|
Salivasi (keluarnya air liur)
|
Makanan
Suara Garpu
|
salivasi
|
Suara garpu
|
Salivasi
|
Tiupan Angin
|
Kedipan mata
|
Tiupan agin
Cahaya terang
|
Kedipan mata
|
Cahaya terang
|
Kedipan mata
|
Setrum Listrik
|
Retraksi jari
|
Setrum pengaget
|
Retraksi jari
|
pengaget
|
Retraksi jari
|
Dua efek atau akibat lain yang bertahan lama dari pengkondisian Pavlovian adalah :
1. Munculnya riset terhadap kelangsungan hidup hewan dilingkungan alam
2. Perkembangan
proses yang disebut kontra pengkondisian (counterconditioning). Kontra
pengkondisian antara lain adalah metode untuk menangangi neurosis hewan
dan menjadi dasar bagi terapi perilaku klinis untuk masalah manusia.
Pengkondisian Klasik dan Reaksi Obat
Hasil
ketiga dari riset Pavlovian adalah identifikasi atas petunjuk yang
memengaruhi reaksi dalam gangguan substansi habitual. Contoh reaksi
terhadap isyarat sebelum datangnya makanan juga menjelaskan relasi yang
terjadi didalam laboratorium dan studi klinis terhadap kecanduan obat.
Behaviorisme John Watson
Watson memberi kontribusi pada perkembangan psikologi melalui tiga cara, sebagai berikut :
1. Beliau mengorganisasikan temuan riset pengkondisian kedalam perspektif baru, yakni behaviorisme.
2. Memperluas metode pengkondisian klasik ke respon emosional manusia.
3. Meningkatkan status belajar sebagai topik dalam psikologi.
Teori Emosi
Watson
mengidentifikasi tiga reaksi emosional bayi yang bersifat naluriah,
yaitu cinta, marah dan takut. Watson sepakat dengan Sigmund Freud, bahwa
kehidupan emosi dewasa dimulai sejak masa bayi dan emosi itu dapat
ditransfer dari satu objek/kejadian keobjek atau kejadian lainnya. Namun
beliau tidak setuju dengan metode psikoanalisa Freud untuk menemukan
akar dari kehidupan emosi individu. Watson berpendapat bahwa proses ini
melibatkan pengkondisian atas tiga reaksi dasar terhadap situasi yang
berbeda-beda.
Eksperimen Pengkondisian terhadap Albert.
Tujuan
dari eksperimen watson terhadap Albert (bayi berusia 11 bulan) adalah
untuk menguji teori emosinya. Pada eksperimennya, Watson dan rekannya
Rosalie Rayner mengkondisikan reaksi ketakutan Albert terhadap beberapa
objek yang berbulu halus.
Prediksi
Watson
meramalkan tujuan praktis dari behaviorisme, memprediksi bahwa para
pendidik, hakim, dokter, dan eksekutif bisnis dapat menggunakan data
behavioral yang tersedia. Watson juga percaya bahwa behaviorisme akan
menempatkan psikologi dijajaran ilmu sains ilmiah “sejati” bersama
dengan zoologi, fisika, kimia, dan lain-lain.
Reaksi Emosional yang Dikondisikan
Reaksi
emosional dalam situasi tertentu mungkin dikondisikan dalam satu kali
pemasangan stimuli. Contoh positif dari pengkondisian klasik adalah
reaksi munculnya kenangan (respon) terhadap lagu (stimulus yang
dikondisikan) yang populer saat seseorang berpacaran. Lagu itu memiliki
kekuatan untuk menimbulkan perasaan yang sama seperti pada saat
berpacaran waktu itu.
Pengkondisian Klasik diruang Kelas
Langkah
penting dalam pengembangan apresiasi literatur, seni, sains, dan mata
pelajaran lainnya adalah mengasosiasikan pengalaman masa lalu siswa
dengan reaksi positif. Salah satu strategi adalah menggunakan relasi
yang sudah ada yang menimbilkan reaksi positif. Strategi semacam itu
terutama penting dalam situasi dimana latar atau aktivitas khusus
diperkirakan akan menimbulkan reaksi negatif. Strategi posotif yang
tampak dibeberapa kelas sekolah dasar diantaranya adalah menyambut anak
dengan hangat saat mereka datang dan mengawali pelajaran dengan
aktivitas menggambar atau memberi warna.
Koneksionisme Edward Thorndike
Koneksionisme
Edward Thorndike biasanya dirujuk sebagai teori behavioris.
Koneksionisme berbeda dengan pengkondisian klasik dalam 2 hal, yaitu :
1. Thorndike tertarik dengan proses mental, desain eksperimen pertama berfungsi untuk meneliti proses pemikiran binatang.
2. Thorndike meneliti perilaku mandiri atau sukarela.
Dalam
eksperimen Thorndike, hewan dikurung dengan makanan diletakkan diluar
atau dikotak tertutup. Tugas bagi hewan lapar itu adalah membuka makanan
atau sangkar dan mendapatkan makanan. Thorndike menyebut eksperimen ini
sebagai pengkondisian instrumental untuk merefleksikan perbedaaannya
dengan pengkondisian klasik. Teori ini dikenal sebagai koneksionisme
karena hewan membangun koneksi antara stimuli partikular dengan perilaku
mandiri.
Prosedur Eksperimental
Thorndike
berekseperimen dengan anak ayam, anjing, ikan, kucing, dan monyet.
Prosedural eksperimental yang khas adalah membuat hewan harus keluar
dari kurungan (atau membuka kotak penutup) untuk mendapatkan makanan.
Thorndike menggunakan kotak puzzle yang mengharuskan penekanan
tuas atau mekanisme lain agar bisa keluar dari kotak. Ketika hewan
dimasukkan kedalam kotak, hewan sring melakukan berbagai perilaku,
seperti mencakar, menggigit, menggaruk, dan menggesek-gesekkan badan ke
sisi sangkar. Tidak lama kemudian hewan akan menekan tuas dan karenanya
bisa keluar untuk mendapatkan makanan. Perilaku yang tidak relevan
dengan upaya meloloskan diriakan terus berkurang dalam percobaan
selanjutnya, dan waktu untuk lolos semakin singkat.
Thorndike
mencatat data percobaan dari setiap serial percobaan dalam bentuk kurva
belajar waktu untuk lolos. Berdasarkan datanya dia menyimpulkan, bahwa
respon meloloskan diri pelan-pelan menjadi terasosiasikan dengan situasi
stimulus dalam belajar trial-and-error, ini disebut dengan teori asosiasi.
Hukum Belajar
Thorndike mengidentifikasikan tiga hukum belajar :
1. Hukum efek (law of effects)
menyatakan bahwa suatu keadaan yang memuaskan setelah respon akan
memperkuat koneksi antara stimulus dan perilaku yang tepat, dan keadaan
yang menjengkelkan akan melemahkan koneksi tersebut.
2. Hukum latihan (law of exercise) menyatakan bahwa perulangan atau repetisi dari pengalaman akan meningkatkan peluang respons yang benar.
3. Hukum kesiapan (law of readiness) mendeskripsikan kondisi yang mengatur keadaan yang disebut sebagai “memuaskan” atau “menjengkelkan”.
Aplikasi ke Belajar di Sekolah
Thorndike
mendasarkan interpretasinya atas proses belajar pada studi perilaku.
Namun, karena teorinya juga mencakup referensi kejadian mental, teorinya
berada di tengah-tengah antara perspektif kognitif dan behaviorisme.
Menrut Thorndike, koneksi antara ide-ide akan menghasilkan pengetahuan.
Aturan Thorndike untuk pengajaran mengandung persyaratan untuk membangun
koneksi antara stimuli dan respon.
PSIKOLOGI GESTALT
Fokus
awal riset Gestalt adlah pengalaman persepsi. Max Wertheimer, pendiri
psikologi Gestalt, bersama dengan Kurt Koffka dan Wolfgang Kohler,
mengembangkan hukum persepsi dan mengaplikasikan konsep ini ke belajar
dan pemikiran. Riset yang dilakukan psikologi Gestalt terhadap persepsi
visual menunjukkan bahwa:
1. Ciri global dideteksi sebagai keseluruhan, bukan sebagai elemen-elemen sederhana
2. Proses
ini konstruktif karena individual sering mentransformasikan input
visual yang tidak lengkap ke dalam citra perseptualyang lebih jelas.
Asumsi Dasar
1. Yang mestinya dipelajari adalah perilaku molar, bukan perilaku molecular.
2. Organisme
merespon “keseluruhan sensoris yang tersegrasi” ketimbang pada stimuli
spesifik atau kejadian-kejadian yang terpisah dan independen.
3. Lingkungan
geografis, yang hadir sebagaiman adanya, berbeda dengan lingkungan
behavioral, yang merupakan cara sesuatu muncul. Lingkungan behavioral
adalah realitas subjektif.
4. Organisasi
lingkungan sensoris adalah interaksi dinamis dari kekuatan-kekuatan di
dalam struktur yang memengaruhi persepsi individu.
Hukum Organisasi Perseptual
Gestalt
berpendapat bahwatugas utama psikologi adalah mengetahui bagaimana
individu secara psikologis memahami atau mempersepsi lingkungan
geografis. Gestalt mendefenisikan persepsi sebagai proses
pengorganisasian stimuli yang diamati diman pengamat memberikan makna
kepada serangkaian stimuli. Langkah berikutnya adalah menentukan
karakteristik dari tampilan stimulus yang memengaruhi persepsi.
· Hukum Prägnanz
Prägnanz
berarti esensi, dan hukum ini menunjukkan pengorganisasian psikologis
terhadap sekelompok stimuli. Dalam setiap rangkaian stimulus,
organisasinya dipersepsikan oleh indivisu sebagai satu stimulus yang
paling komperhensif, paling stabil, dan juga bebas dari sebab-akibat dan
arbitrer.
· Hukum Terkait
Hukum
organisasi perseptual mendeskripsikan empat karakteristik utama dari
bidang visual yang mempengaruhi persepsi. Karakteristik itu adalah
kedekatan dari setiap elemen (proximity), ciri yang sama (similarity), tendensi elemen untuk melengkapi pola (open direction), dan kontribusi elemen stimulus terhadap struktur sederhana keseluruhan (simplicity). Persepsi cenderung bermakna dan komplet (hukum prägnanz) dan karakteristik-karakteristik ini memengaruhi kelengkapan (completeness).
Riset tentang Belajar dan Pemecahan Masalah
Perhatian
utama adalah proses preseptual.Psikolog Gestalt juga mengaplikasikan
konsep mereka ke bidang lain. Perekembangan utama dalam belajar dan
pemikiran adalah pengalaman wawasan, perbedaan antara belajar arbitrer
dan belajar bermakna serta studi pemecahan masalah
Pengalaman Wawasan
Eksperimen Awal
Wawasan
merujuk pada tipe perilaku yang tidak dapat direduksi ke tipe lain .
Wawasan juga tidak selalu muncul salam satu langkah saja, terkadang
dibutuhkan satu atau dua langkah , dimana masing-masing langkah adalah
bagian dari wawasan (Koffka, 1935).
Masalah Pendulum
Maier menyimpulkan bahwa , pemahaman merupakan pengalaman parsial atau pengalaman “all or nothing”.
Analisis Pemahaman Kontemporer
Kesulitan
dalam melakukan riset tentang wawasan adalah kurangnya definisi yang
jelas (Schooler, Fallshore, & Fiore, 1995). Wawasan memiliki 2
karakteristik yang diakui oleh periset adalah mempresentasikan pemahaman
yang jelas tentang inti dari situasi dan melibatkan proses tidak sadar
otomatis (Gick & Lockhart, 1995).
Belajar Berubah-ubah dan Bermakna
Dalam
pengaplikasian konsep struktur dan keseluruhan ke dalam analisis
belajar, Wertheiner membedakan atas : Metode belajar “tanpa makna” &
belajar “bermakna”
Faktor Spesifik dalam Pemecahan Masalah
Gestalt mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi pemecahan masalah :
Latihan mentransfer, pendekatan masalah dan kekakuan fungsional, dan belenggu masalah.
Perkembangan Lain
Kofka
(1935) berpendapat bahwa organisasi bidang dalam persepsi juga berlaku
untuk formasi kelompok. Maier (1970) meneliti dinamika pemecahan masalah
dalam latar tempat kerja, termasuk penyelia dan karyawan. Kurt Lewin
membahas motivasi, dan karyanya menimbulkan perhatian pada konsep
dinamika kelompok. Konsep dasarnya adalah B=f (P,E). Albert Bandura
menggunakan rumus ini dalam analisisnya terhadap belajar dalam latar
sosial. E. Tolman (1932), menyebut karyanya sebagai “subvariasi dari
psikologi Gestalt.” Dua istilah yang diperkenalkan Tolman adalah belajar
laten dan peta kognitif.
Perbandingan Behaviorisme dan Gestalt
Karakteristik Utama
|
Behaviorisme
|
Teori Gestalt
|
Asumsi dasar
|
· Perilaku dapat diamati
· Belajar adalah perubahan
· Hubungan stimuli dan respon harus dipelajari
|
Individu bereaksi kepada sebuah kesatuan
|
Eksperimen umum
|
· Trial dan error
· Respon emosional atau refleks
|
Mereorganisasi kembali
|
Formula belajar
|
· Stimulus – respon – imbalan
· Respon emosional :
Stimuli 1 + simuli 2 = respon
|
Konstelasi stimuli-organisasi-reaksi
|
Sumber:
Gredler, Margaret E. (2011). Learning and Instruction Teori dan Aplikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar