Rabu, 18 Mei 2011

PERAN BIMBEL SEBAGAI MOTIVASI MERAIH PRESTASI DI SEKOLAH

 



Meraih prestasi membanggakan di sekolah merupakan tujuan para pelajar. Namun tidaklah mudah bagi para pelajar untuk memahami pelajaran yang mereka dapat di sekolah. Beruntung bagi anak yang memiliki kemampuan akademik yang baik dan tingkat pemahaman yang tinggi, yang dapat mengolah informasi sehingga dapat dengan mudah menyerap pelajaran disekolah. Bagaimana dengan anak yang tidak seberuntung itu ? Ada satu alternatif yang nampaknya saat ini menjadi sebuah kebutuhan khusus dikalangan pelajar yaitu mengikuti bimbel (bimbingan belajar). Namun sayangnya tidak semua pelajar juga yang dapat mengikuti bimbel karena kendala biaya mengikuti bimbel yang tidak murah. Lantas apakah hal itu akan membentengi semangat para pelajar untuk berprestasi di sekolah ?

Teori
Menurut John W. Santrock, motivasi adalah proses memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama.
Menurut perspektif kognitif pemikiran murid akan memandu motivasi mereka. Belakangan ini muncul minat besar pada motivasi menurut perspektif kognitif (Pintrich & Schunk, 2002). Minat ini berfokus pada ide-ide seperti motivasi internal seseorang untuk mencapai sesuatu, atribusi mereka (persepsi tentang sebab-sebab kesuksesan dan kegagalan, terutama persepsi bahwa usaha adalah faktor penting dalam prestasi, dan keyakinan mereka bahwa mereka dapat mengontrol lingkungan secara efektif. Perspektif kognitif juga menekankan arti penting dari penentuan tujuan, perencanaan dan monitoring kemajuan menuju suatu tujuan (Schunk & Ertmer, 2000; Zimmerman & Schunk, 2001).
Perspektif kognitif mempengaruhi motivasi anak disekolah. Berdasarkan motivasi untuk meraih sesuatu motivasi di bagi menjadi 2 jenis, yaitu motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik yaitu melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara untuk mencapai tujuan). Sedangkan motivasi intrinsik merupakan motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri.
Motivasi mengandung komponen sosial. Selain motif untuk berprestasi, murid juga punya motif sosial, hubungan sosial dan konteks sosiokultural.


Analisa Data

Kelompok menggunakan metode wawancara untuk menarik kesimpulan dari penelitian mini ini. Kelompok menggunakan 30 sampel pelajar SMA yang dipilih secara acak yang kemudian di temui untuk diwawancara. Dimana isi dari pertanyaan dalam wawancara mewakili teori ekstrinsik dan instrinsik dalam buku santrock. Dari jawaban yang di dapat dari sampel kemudian ditarik sebuah kesimpulan tentang penelitian ini.

Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian mini ini adalah 30 orang pelajar SMA kota Medan yang dipilih secara acak. Objek penelitiannya prestasi para pelajar tersebut (dengan ikut atau tidak ikut bimbel)



Time Table
JENIS KEGIATAN
APRIL
MEI
3
4
1
2
3
4
I PERSIAPAN
Diskusi pemilihan topik
Diskusi pemilihan lokasi
Survei lokasi
II PELAKSANAAN
Penyediaan peralatan
Pengumpulan data
Evaluasi data
III PENYUSUNAN LAPORAN
Pengetikan laporan
Hasil laporan(finishing)

Pengeluaran Dana
Transport                                : Rp. 45.000,00
Fotocopy                                 : Rp. 11.000,00
Print                                        : Rp.   3.000,00 +
Total                                       : Rp. 59.000,00


Evaluasi
Dari hasil wawancara yang kelompok lakukan dan data-data yang di dapat dari sampel. Kelompok menarik sebuah kesimpulan, dimana mengikuti bimbingan belajar tidak terlalu mempengaruhi prestasi pelajar disekolah. Karena dari 30 pelajar, 63% diantaranya tidak mengikuti bimbel namun memiliki prestasi yang baik di sekolah sedangkan 37% yang mayoritas mengikuti bimbel memiliki prestasi yang setara malah ada yang di bawah tidak mengikuti bimbel.
Testimoni
Laura Marsaulina (10-086) : Aduh ternyata capek banget ngerjai tugas proyek ini. Butuh perjuangan dan pengorbanan yang besar.
Mentari Manik (10-098) : Gak tau mau bilang apa, rasa capek uda terbayar dengan melihat poster yang dibuat dengan pengetahuan seadanya.
Khairunisa Pri Utami (10-116) : Alhamdulillah Ya Allah perjuangan yang sangat melelahkan akhirnya selesai juga, tapi tetep berani untuk proyek selanjutnya. SEMANGAT !!! J





sumber
Santrock, John W. (2004). Psikologi Pendidikan Edisi Kedua. Jakarta: Kencana

Pemanfaatan waktu Luang

Apakah Anda merasa telah bekerja dengan keras setiap hari?
Anda merasa terjebak dalam rutinitas yang sama tiap hari, tanpa pernah berhenti seperti belajar ??
Anda sudah lupa kapan terakhir kali bersenang-senang?
Apakah Anda merasa waktu anda tersita hanya untuk bekerja, belajar ,ataupun rutinitas lainnya dan hanya memiliki sedikit waktu luang?
Mulai saat ini Anda bisa memulai untuk meluangkan waktu anda.
Waktu Luang
Pengertian waktu luang seringkali diasosiasikan dengan tidak melakukan apa-apa dan juga bermalas-malasan, padahal tidak seperti itu. Sukadji (2000) melihat arti istilah waktu luang dari 3 dimensi. Dilihat dari dimensi waktu, waktu luang dilihat sebagai waktu yang tidak digunakan untuk “bekerja”; mencari nafkah, melaksanakan kewajiban, dan mempertahankan hidup. Dari segi cara pengisian, waktu luang adalah waktu yang dapat diisi dengan kegiatan pilihan sendiri atau waktu yang digunakan dan dimanfaatkan sesuka hati. Dari sisi fungsi, waktu luang adalah waktu yang dimanfaatkan sebagai sarana mengembangkan potensi, meningkatkan mutu pribadi, kegiatan terapeutik bagi yang mengalami gangguan emosi, sebagai selingan dan hiburan, sarana rekreasi, sebagai kompensasi pekerjaan yang kurang menyenangkan, atau sebagai kegiatan menghindari sesuatu.
Manfaat Mengisi Waktu Luang
Mengisi waktu luang ini tentu saja memiliki manfaat. Bagi Anda sendiri, manfaat mengisi waktu luang yaitu:
  • Bisa meningkatkan kesejahteraan jasmani,
  • Meningkatkan kesegaran mental dan emosional
  • Membuat kita mengenali kemampuan diri sendiri
  • Mendukung konsep diri serta harga diri
  • Sarana belajar dan pengembangan kemampuan
  • Pelampiasan ekspresi dan keseimbangan jasmani, mental, intelektual, spiritual, maupun estetika
  • Melakukan penghayatan terhadap apa yang Anda sukai tanpa tidak mempedulikan segi materi
Selain itu pengisian waktu luang juga berfungsi sebagai pemenuh kebutuhan sosial, seperti :
  • Meningkatkan daya kerja sehingga memacu prestasi dan produktivitas
  • Menambah konsumsi, sehingga meningkatkan lapangan kerja
  • Mengurangi kriminalitas dan kenakalan
  • Meningkatkan kehidupan bermasyarakat
Menyediakan Waktu Luang
Bagaimana jika segudang kesibukan membuat anda merasa tidak memiliki waktu luang? Ada 2 hal yang bisa dilakukan untuk memperpanjang waktu luang, pertama dengan mengurangi kebutuhan. Anda bisa mulai memilah, kebutuhan apa yang memang benar-benar dibutuhkan, lalu memilih kebutuhan yang terpenting menurut Anda. Sebagai contoh : bila Anda merasa membutuhkan waktu luang, anda bisa memilih untuk menunda kebutuhan anda mengejar promosi. Atau, Anda tidak perlu lembur, sehingga memiliki tambahan waktu luang.
Atau yang kedua, Anda mempercepat/efisiensi pemenuhan kebutuhan. Sebagai contoh, Anda bisa mempercepat waktu makan siang, mandi atau berdandan. Untuk efisiensi waktu, Anda bisa menggabungkan beberapa pemenuhan kebutuhan sekaligus. Anda bisa makan siang sambil berbincang dengan rekan kerja atau rekan bisnis. Selain itu, Anda juga bisa berolah raga bersama teman-teman kerja untuk memenuhi kebutuhan fisik serta sosial.
Pertimbangan Pengisian Waktu Luang
Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan pengisian waktu luang, yaitu :
  • Banyaknya waktu yang dapat Anda luangkan
  • Keinginan keluarga, rekan, atau lingkungan kerja
  • Biaya yang anda miliki
  • Pengalaman mengisi waktu luang yang terdahulu
  • Ketersediaan pilihan kegiatan
  • Ketersediaan lahan
  • Kemampuan Anda dalam melakukan kegiatan
  • Kebutuhan pribadi Anda
  • Nilai yang anda anut,
  • Budaya tempat Anda akan melaksanakan kegiatan
  • Sikap masyarakat tempat Anda berkegiatan
Kegiatan-kegiatan yang Bisa Dilakukan
Setelah anda memiliki waktu luang, Anda bisa mulai memilih kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan. Kegiatan-kegiatan tersebut bisa dilihat berdasarkan fungsinya sebagai (1) sarana relaksasi, (2) sarana hiburan atau rekreasi, dan (3) sarana pengembangan ketrampilan dan kemampuan pribadi.
Kegiatan relaksasi aktif semisal berkebun, membetulkan alat rumah tangga, memperbaiki sepeda motor. Kegiatan tersebut karena sifatnya produktif, cenderung meningkatkan ketrampilan dan harga diri. Anda juga bisa melakukan relaksasi pasif dengan cara menonton televisi, mendengarkan musik, dan membaca tulisan ringan. Namun terlalu banyak kegiatan relaksasi pasif bisa membuat kehilangan waktu untuk kegiatan yang lebih produktif. Kegiatan rekreasi yang bisa Anda pilih antara lain : beristirahat, berolah raga, menggeluti hobi, membaca buku, hingga menjadi pendukung dari suatu tim sepakbola. Terakhir, Anda bisa mengisi waktu dengan kegiatan yang dapat mengembangkan diri anda, contohnya : mengikuti kursus musik, kelompok teater, kursus bahasa asing, melukis, mengarang, membuat sajak, memasak, menata musik, membuat patung. Kegiatan ini selain meningkatkan ketrampilan, juga menimbulkan perasaan kesuksesan telah membuat sesuatu.
Isilah Waktu Luang Anda
Di tengah-tengah kesibukan bekerja, tugas kuliah yang banyak, dan kesibukan belajar Anda masih memiliki harapan bisa menikmati waktu luang. Mulailah untuk memberi diri anda waktu luang untuk istirahat dan melakukan kegiatan yang Anda butuhkan. Dengan begitu, manfaat dari mengisi waktu luang akan benar-benar Anda rasakan.
Selamat mengisi waktu luang Anda.

Paedagogi & Andragogi

Paedagogi berasal dari bahasa Yunani “paedagogia“ yang berarti pergaulan dengan anak-anak. Sedang paedagogos ialah seorang pelayan pada jaman yunani kuno yang pekerjaannya mengantar dan menjemput anak-anak sekolah. Paedagagos berasal dari kata “paid” yang artinya “anak” dan “agogos”yang artinya “memimpin atau membimbing”. Dari kata ini maka lahir istilah paedagogi yang diartikan sebagai suatu ilmu dan seni dalam mengajar anak-anak. Dan dalam perkembangan selanjutnya istilah paedagogi berubah menjadi ilmu dan seni mengajar
Dalam pengertian paedagogi seperti tersebut di atas, timbul pandangan yang mengemukakan bahwa tujuan pendidikan itu bersifat mentransmisikan pengetahuan. Kalau demikian, bagaimana dengan perubahan-perubahan yang terjadi, seperti inovasi dalam teknologi, perubahan-perubahan dalam sistem ekonomi, politik dan sebagainya, yang begitu cepat terjadi di jaman modern ini.
Untuk menjawab tersebut di atas, maka ada teori pendidikan baru yang dikenal dengan teori mengenai cara mengajar orang dewasa atau disebut dengan andragogi. Andragogi berasal dari bahasa Yunani yaitu “andr” yang artinya orang dewasa, dan “agogos” yang artinya membimbing atau memimpin. Dari arti kata tersebut, berkembang pengertian bahwa andragogi adalah suatu ilmu dan seni dalam membantu orang dewasa belajar.



Asumsi Paedagogi dan Andragogi.
Ada asumsi yang mendasar mengenai asumsi yang digunakan oleh paedagogi dan andragogi. Asumsi tersebut antara lain :
1. Konsep diri
Konsep diri atau kepribadian, pada paedagogi dikatakan bahwa anak sangat tergantung kepada pihak lain, hampir seluruh kehidupannya diatur oleh orang dewasa, baik di rumah, di sekolah, maupun di tempat lain. Oleh karena itu pada paedagogi, peserta didik dianggap masih belum mampu untuk mengatur dirinya sendiri. Anak didik dianggap sebagai botol kosong yang siap diisi air. Dan ada juga yang berpendapat bahwa pendidikan terhadap anak ini diibaratkan seperti memahat sebuah patung. Baik botol maupun patung adalah suatu gambaran dari anak didik yang siap menerima apa adanya dari sang pendidik, tanpa harus memberikan komentar, atau mengembangkan sendiri.
Pada andragogi, peserta didik dianggap sudah dewasa, sehinga konsep diri atau kepribadiannya berkurang ketergantungannya kepada orang lain. Ia memandang dirinya sudah mampu untuk mengatur dirinya sendiri, sehingga dalam proses pendidikan, para pendidik hanya sekedar mengarahkan.
Ada beberapa implikasi dari asumsi tersebut di atas, antara lain :
a. Iklim belajar
Iklim belajar harus disesuaikan dengan keadaan peserta belajar, seperti kursi, meja, atau yang lainnya yang dipakai anak-anak tentu berbeda dengan yang dipakai orang dewasa
b. Partisipasi.
Partisipasi peserta belajar untuk anak-anak masih relatif belum dibutuhkan, akan tetapi untuk orang dewasa, tentu sangat dibutuhkan, seperti mengikutsertakan peserta belajar dalam merencanakan pembelajaran, mendiagnose kebutuhan belajar, mengevaluasi belajar, dan sebagainya. Karena dengan demikian, maka mereka akan termotivasi untuk belajar, merasa dihargai, dan sebagainya.
2. Pengalaman
Pengalaman pada anak-anak adalah sesuatu yang terjadi pada dirinya. Ini berarti pengalaman pada anak-anak merupakan rangsangan yang berasal dari luar, dan mempengaruhi dirinya. Akan tetapi untuk orang dewasa pengalaman itu adalah dirinya sendiri. Perbedaan pengalaman ini menimbulkan konsekwensi dalam proses belajar yaitu :
a. Karena orang dewasa lebih kaya pengalamannya, maka proses belajar pada mereka lebih ditekankan kepada teknik yang sifatnya menyerap pengalaman mereka, seperti diskusi, seminar, konferensi kerja, dan sebagainya
b. Penekanan dalam proses belajar untuk anak-anak lebih ditekankan pada pengisian, karena mereka belum banyak pengalaman. Akan tetapi untuk orang dewasa, pada aplikasi praktis yang yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Kesiapan dan orientasi untuk belajar
Kesiapan untuk belajar pada anak-anak masih relatif rendah, karena umumnya mereka masih relatif suka bersenang-senang, bermain dan sebagainya, begitu juga tuntutan mereka tidak terlalu besar. Berbeda dengan orang dewasa, di mana tuntutan tanggung jawab makin besar, sehingga kesiapan belajar akan lebih tinggi.
Orientasi belajar anak-anak cenderung untuk mengumpulkan semua pengetahuan dan keterampilan, dan kelak akan dapat diterapkan. Berbeda dengan orang dewasa, apa yang dipelajari, secepat mungkin untuk dapat diterapkan.
Berdasarkan tersebut di atas, maka implikasi dalam proses belajar adalah sebagai berikut :
a. Para pendidik untuk anak-anak lebih proaktif, karena rangsangan dari para pendidik, sangat mempengaruhi terhadap kesiapan dan orientasi belajar mereka. Pada orang dewasa pendidik berperan sebagai teman, yang siap memberikan bantuan kepada orang yang belajar, karena mereka sudah siap dan segera dapat mengaplikasikannya.
b. Kurikulum dalam pendidikan untuk anak-anak berorientasi pada mata pelajaran yang sifatny hafalan. Sedang untuk orang dewasa berorientasi pada pemecahan masalah, karena mereka sudah siap untuk belajar dalam pemecaherdasarkan pengalamannya.



sumber : http://kartika71tik.blogspot.com/2011/03/paedagogi-dan-andragogi.html