Kamis, 17 Maret 2011

intelegensi


Menurut David Wechsler, inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi inteligensi ?

Menurut David Wechsler, inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi inteligensi adalah :

Faktor bawaan atau keturunan
Penelitian membuktikan bahwa korelasi nilai tes IQ dari satu keluarga sekitar 0,50. Sedangkan di antara 2 anak kembar, korelasi nilai tes IQnya sangat tinggi, sekitar 0,90. Bukti lainnya adalah pada anak yang diadopsi. IQ mereka berkorelasi sekitar 0,40 - 0,50 dengan ayah dan ibu yang sebenarnya, dan hanya 0,10 - 0,20 dengan ayah dan ibu angkatnya. Selanjutnya bukti pada anak kembar yang dibesarkan secara terpisah, IQ mereka tetap berkorelasi sangat tinggi, walaupun mungkin mereka tidak pernah saling kenal.

Faktor lingkungan
Walaupun ada ciri-ciri yang pada dasarnya sudah dibawa sejak lahir, ternyata lingkungan sanggup menimbulkan perubahan-perubahan yang berarti. Inteligensi tentunya tidak bisa terlepas dari otak. Perkembangan otak sangat dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi. Selain gizi, rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif emosional dari lingkungan juga memegang peranan yang amat penting.

Inteligensi dan IQ
Orang seringkali menyamakan arti inteligensi dengan IQ, padahal kedua istilah ini mempunyai perbedaan arti yang sangat mendasar. Arti inteligensi sudah dijelaskan di depan, sedangkan IQ atau tingkatan dari Intelligence Quotient, adalah skor yang diperoleh dari sebuah alat tes kecerdasan. Dengan demikian, IQ hanya memberikan sedikit indikasi mengenai taraf kecerdasan seseorang dan tidak menggambarkan kecerdasan seseorang secara keseluruhan.
Skor IQ mula-mula diperhitungkan dengan membandingkan umur mental (Mental Age) dengan umur kronologik (Chronological Age).
Bila kemampuan individu dalam memecahkan persoalan-persoalan yang disajikan dalam tes kecerdasan (umur mental) tersebut sama dengan kemampuan yang seharusnya ada pada individu seumur dia pada saat itu (umur kronologis), maka akan diperoleh skor 1. Skor ini kemudian dikalikan 100 dan dipakai sebagai dasar perhitungan IQ. Tetapi kemudian timbul masalah karena setelah otak mencapai kemasakan, tidak terjadi perkembangan lagi, bahkan pada titik tertentu akan terjadi penurunan kemampuan.

Pengukuran Inteligensi
Pada tahun 1904, Alfred Binet dan Theodor Simon, 2 orang psikolog asal Perancis merancang suatu alat evaluasi yang dapat dipakai untuk mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan kelas-kelas khusus (anak-anak yang kurang pandai). Alat tes itu dinamakan Tes Binet-Simon. Tes ini kemudian direvisi pada tahun 1911.

Tahun 1916, Lewis Terman, seorang psikolog dari Amerika mengadakan banyak perbaikan dari tes Binet-Simon. Sumbangan utamanya adalah menetapkan indeks numerik yang menyatakan kecerdasan sebagai rasio (perbandingan) antara mental age dan chronological age. Hasil perbaikan ini disebut Tes Stanford_Binet. Indeks seperti ini sebetulnya telah diperkenalkan oleh seorang psikolog Jerman yang bernama William Stern, yang kemudian dikenal dengan Intelligence Quotient atau IQ. Tes Stanford-Binet ini banyak digunakan untuk mengukur kecerdasan anak-anak sampai usia 13 tahun.

Salah satu reaksi atas tes Binet-Simon atau tes Stanford-Binet adalah bahwa tes itu terlalu umum. Seorang tokoh dalam bidang ini, Charles Sperrman mengemukakan bahwa inteligensi tidak hanya terdiri dari satu faktor yang umum saja (general factor), tetapi juga terdiri dari faktor-faktor yang lebih spesifik. Teori ini disebut Teori Faktor (Factor Theory of Intelligence). Alat tes yang dikembangkan menurut teori faktor ini adalah WAIS (Wechsler Adult Intelligence Scale) untuk orang dewasa, dan WISC (Wechsler Intelligence Scale for Children) untuk anak-anak.

Di samping alat-alat tes di atas, banyak dikembangkan alat tes dengan tujuan yang lebih spesifik, sesuai dengan tujuan dan kultur di mana alat tes tersebut dibuat.


Inteligensi dan Bakat
Inteligensi merupakan suatu konsep mengenai kemampuan umum individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dalam kemampuan yang umum ini, terdapat kemampuan-kemampuan yang amat spesifik. Kemampuan-kemampuan yang spesifik ini memberikan pada individu suatu kondisi yang memungkinkan tercapainya pengetahuan, kecakapan, atau ketrampilan tertentu setelah melalui suatu latihan. Inilah yang disebut Bakat atau Aptitude. Karena suatu tes inteligensi tidak dirancang untuk menyingkap kemampuan-kemampuan khusus ini, maka bakat tidak dapat segera diketahui lewat tes inteligensi.

Alat yang digunakan untuk menyingkap kemampuan khusus ini disebut tes bakat atau aptitude test. Tes bakat yang dirancang untuk mengungkap prestasi belajar pada bidang tertentu dinamakan Scholastic Aptitude Test dan yang dipakai di bidang pekerjaan adalah Vocational Aptitude Test dan Interest Inventory. Contoh dari Scholastic Aptitude Test adalah Tes Potensi Akademik (TPA) dan Graduate Record Examination (GRE). Sedangkan contoh dari Vocational Aptitude Test atau Interest Inventory adalah Differential Aptitude Test (DAT) dan Kuder Occupational Interest Survey.


Inteligensi dan Kreativitas
Kreativitas merupakan salah satu ciri dari perilaku yang inteligen karena kreativitas juga merupakan manifestasi dari suatu proses kognitif. Meskipun demikian, hubungan antara kreativitas dan inteligensi tidak selalu menunjukkan bukti-bukti yang memuaskan. Walau ada anggapan bahwa kreativitas mempunyai hubungan yang bersifat kurva linear dengan inteligensi, tapi bukti-bukti yang diperoleh dari berbagai penelitian tidak mendukung hal itu. Skor IQ yang rendah memang diikuti oleh tingkat kreativitas yang rendah pula. Namun semakin tinggi skor IQ, tidak selalu diikuti tingkat kreativitas yang tinggi pula. Sampai pada skor IQ tertentu, masih terdapat korelasi yang cukup berarti. Tetapi lebih tinggi lagi, ternyata tidak ditemukan adanya hubungan antara IQ dengan tingkat kreativitas.

Para ahli telah berusaha mencari tahu mengapa ini terjadi. J. P. Guilford menjelaskan bahwa kreativitas adalah suatu proses berpikir yang bersifat divergen, yaitu kemampuan untuk memberikan berbagai alternatif jawaban berdasarkan informasi yang diberikan. Sebaliknya, tes inteligensi hanya dirancang untuk mengukur proses berpikir yang bersifat konvergen, yaitu kemampuan untuk memberikan satu jawaban atau kesimpulan yang logis berdasarkan informasi yang diberikan. Ini merupakan akibat dari pola pendidikan tradisional yang memang kurang memperhatikan pengembangan proses berpikir divergen walau kemampuan ini terbukti sangat berperan dalam berbagai kemajuan yang dicapai oleh ilmu pengetahuan.

(sumber: iqeq.web.id)
http://kentanks.blogspirit.com/archive

Selasa, 08 Maret 2011

Perjalanan Hidup

Mungkin mereka ada disekitar kita















berapa uang yang kita hamburkan untuk hal yang
tidak bermanfaat selama ini . . .















disaat kecil kita dimanja dan disayang, apa yang
kita minta selalu dikabulkan. . .








































kita mengeluh makanan yang kita makan, disaat
dia menginginkan makanan yg bersih. 













apakah belajar menjadi sebuah beban. . .
Sedangkan dia mengharapkan bisa menulis dengan
baik dan benar . . .



























 
apakah anda merasa hidup anda tidak adil. . .
Bagaimana kehidupan nenek ini seharusnya dia
sudah bisa menikmati masa senjanya . 







































apakah anda merasa pekerjaan atau hidup anda 
sebuah beban yang berat
dan besar . . .
Bandingkan dengan gambar ini . . .






































apakah anda sudah menjadi 
sahabat yg baik ?















Semoga dengan melihat foto ini kita bisa lebih
menghargai indahnya hidup ini.
Ingat Hidup hanya sekali
:D

  • "hal terpenting dalam hidup ini adalah pada saat pemikiran kita bertambah dewasa, kedewasaan hanya bisa kita dapat pada saat kita bisa menerima kritik dan saran dari orang lain dan berusaha mengintropersi diri untuk merubah sifat buruk kita tersebut, selain itu berfikir untuk melihat dampak negatif sebelum kita melakukan sesuatu akan menghindari kita dari masalah dari apa yang sudah kita perbuat..ya kalau memang banyak dampak negatifnya ga usah lah kita lakukan...."

sekian..
jangan lupa komentarnya yach teman2 ^^
tengkyuu all
:))




TUJUAN INSTRUKSIONAL



Ada beberapa definisi yang disampaikan oleh beberapa tokoh seperti Robert F. Magner (1962) yang mendefinisikan tujuan instruksional sebagai tujuan perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa sesuai kompetensi. Juga ada Eduard L. Dejnozka dan David E. Kavel (1981) yang mendefinisikan tujuan instruksional adalah suatu pernyataan spefisik yang dinyatakan dalam bentuk perilaku yang diwujudkan dalam bentuk tulisan yang menggambarkan hasil belajar yang diharapkan serta Fred Percival dan Henry Ellington (1984) yang mendefinisikan tujuan instruksional adalah suatu pernyataan yang jelas menunjukkan penampilan / keterampilan yang diharapkan sebagai hasil dari proses belajar. Setelah kita mengetahui beberapa definisi tujuan instruksional yang dikemukakan dari beberapa tokoh kita dapat mengambil beberapa manfaat yaitu
Kita dapat menentukan tujuan proses belajar mengajar
Menentukan persyaratan awal instruksional
Merancang strategi instruksional
Memilih media pembelajaran
Menyusun instrumen tes sebagai evaluasi belajar
Melakukan tindakan perbaikan pembelajaran.
Ada dua macam tujuan instruksional yaitu:
Tujuan instruksional umum (TIU)
Tujuan instrusional khusus (TIK)
Dalam pembaruan sistem pendidikan yang berlaku di Indonesia sekarang ini, setiap guru dituntut untuk menyadari tujuan dari kegiatannya mengajar dengan titik tolak kebutuhan siswa. Oleh karena itu, dalam merancang sistem belajar yang akan dilakukannya, langkah- pertama yang ia lakukan adalah membuat tujuan instruksional. Dengan tujuan instruksional:
Guru mempunyai arah untuk:
Memilih bahan pelajaran,
Memilih prosedur (metode) mengajar.
Siswa mengetahui arah belajanya.
Setiap guru mengetahui batas-batas tugas dan wewenangnya mengajarkan suatu bahan sehingga diperkecil kemungkinan timbulnya celah (gap) atau saling menutup (overlap) antara guru.
Guru mempunyai patokan dalam mengadakan penilaian kemajuan belajar siswa.
Guru sebagai pelaksana dan petugas-petugas pemegang keijaksanaan (decision maker) mempunyai kriteria untuk mengevaluasi kualitas maupun efisiensi pengajaran.
Tujuan pengajaran dapat dirumuskan dengan rumus ABCD. A (audience) adalah siswa yang belajar, B (behavior) adalah perubahan prilaku yang di inginkan terjadi, C (condition) adalah kondisi yang menimbulkan perubahan prilaku yang di inginkan, dan D (degree) adalah derajad ketercapaian perubahan yang diinginkan. Misalkan: setelah membaca diperpustakaan (C) siswa (A) diharapkan dapat menyebutkan macam-macam sholat sunah (B) paling tidak enam jenis (D). 

Pengertian Tujuan instruksional Umum dan Khusus

Tujuan instruksional umum (TIU) adalah tujuan pengajaran yang perubahan prilaku siswa yang belajar masih merupakan perubahan internal yang belum dapat dilihat dan diukur. Kata kerja dalam tujuan umum pengajaran masih mencerminan perubahan prilaku yang umumnya terjadi pada manusia, sehingga masih menimbulkan beberapa penafsiran yang berbeda-beda. Contoh TIU: “setelah melakukan pelajaran siswa diharapan dapat memahami penjumlahan dengan benar”. Kata kerja “memahami penjumlahan” merupakan kata kerja- yang bersifat umum karena pemahaman penjumlahan dapat ditafsirkan berbeda.
Tujuan instruksional khusus (TIK) adalah tujuan pengajaran dimana perubahan prilaku telah dapat dilihat dan diukur. Kata kerja yang menggambarkan perubahan prilaku telah spesifik sehingga memungkinkan dilakukan pengukuran tanpa menimbulkan lagi berbagai perberdaan penafsiran. Misal TIK yang dirumuskan sbb “Siswa akan menunjukkan sikap positif terhadap kebudayaan nasional”, dapat lebih dikhususkan dengan mengatakan “siswa akan membuktikan penghargaannya terhadapa seni tari nasional dengan ikut membawakan suatu tarian dalam perpisahan kelas”.

Klasifikasi Tujuan Instruksional Menurut Jenis Perilaku (internal)
Ilmu psikologi mengenal pembagian aspek kepribadian atas tiga kategori yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik. Aspek kognitif yang mencakup pengetahuan serta pemahaman, aspek afektif yang mencakup perasaan, minat, motivasi, sikap kehendak serta nilai dan aspek psikomotorik yang mencakup pengamatan dan segala gerak motorik. Dalam kenyataannya dasar pembagian yang demikian kerap menjadi pedoman dalam menggolongkan segala jenis perilaku. Kegunaan dari suatu sistem klasifikasi mengenai tujuan instruksional termasuk tujuan intruksional khusus adalah kita dapat memperoleh gambaran tujuan tujuan instruksional ditinjau dari segi jenis perilaku yang mungkin dicapai oleh siswa. Menurut Bloom dan kawan kawan pengklasifikasian jenis perilaku disusun secara hierarkis sehingga menjadi taraf taraf yang menjadi semakin kompleks.

Kognitif :
Mencakup pengetahuan ingatan yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan
Mencakup pemahaman untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari
Mencakup kemampuan menerapkan suatu kaidah atau metode yang baru
Mencakup kemampuan untuk merinci suatu kesatuan
Mencakup kemampuan membentuk suatu kesatuan
Mencakup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat

Afektif :
Mencakup kepekaan akan adanya suatu perangsang dan kesediaan untuk memperhatikan
Mencakup kerelaan untuk memperhatikan secara aktif
Mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu
Mencakup kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai
Mencakup kemampuan untuk menghayati nilai nilai kehidupan

Psikomotorik :
Mencakup kemampuan untuk membedakan ciri ciri fisik
Mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam memulai gerakan
Mencakup kemampuan untuk melakukan sesuatu rangkaian gerak gerik
Mencakup kemampuan untuk melakukan sesuatu rangkaian gerak gerik dengan lancar
Mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu keterampilandengan lancar, efisien dan tepat
Mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan menyesuaikan Pola gerak gerik yang mahir
Mencakup kemampuan untuk melahirkan aneka pola gerak gerik yang baru 

Daftar Pustaka

Senin, 07 Maret 2011

Kelemahan Metode Belajar E-learning


Selain memiliki banyak kelebihan dari sistem atau metode belajar e-learning seperti . Fleksibilitas untuk bergabung dalam forum diskusi setiap saat, atau menjumpai teman sekelas dan pengajar secara remote melalui ruang chatting. Metode e-learning juga memiliki kelemahan  antara lain:
  1. Pembelajar yang tidak termotivasi dan perilaku belajar yang buruk akan terbelakang/tertinggal dalam pembelajaran
  2. Pembelajar dapat merasakan terisolasi dan bermasalah dalam interaksi sosial
  3. Pengajar tidak mungkin selalu dapat menyediakan waktu pada saat dibutuhkan
  4. Koneksi internet yang lambat dan tidak handal dapat menimbulkan rasa frustasi
  5. Beberapa subjek/matakuliah bisa saja sulit direalisasikan dalam bentuk eLearning
  6. Pembelajar harus menyediakan waktu untuk mempelajari software/aplikasi eLearning sehingga dapat mengganggu beban belajarnya
  7. Pembelajar yang tidak familiar dengan struktur dan rutin software akan tertinggal dari temannya sekelas.
Selain itu Guru banyak yang belum siap menggunakan metode e-learning dan masih
mengajar menggunakan metode ceramah serta belum terampil menggunakan fasilitas seperti video dan komputer.
Sumber: http://share.its.ac.id/mod/forum/discuss.php?d=452

Kelebihan belajar E-Learning

E-learning, hmmm…
Mungkin kita tidak asing lagi dengan istilah e-learning tersebut, bahkan sudah jadi istilah umum di dunia intenet, tapi apasih sebenarnya e-learning itu sendiri. Begitu mudah untuk di ucapkan kata e-learning ini, tapi untuk mengimplementasikannya tidak semudah mengucapkanya. Perancangan dan analisa untuk implementasi e-learning ini tidaklah mudah, salah satu faktornya utamanya adalah masalah content dan kesiapan learner (siswa) dalam menggunakan e-learning ini.
Nah,  keuntungan menggunakan e-learning itu antara lain :

1. Hemat Biaya dan Waktu
Kita bayangkan sebelum kita mengenal komputer, atau sekarang masih ada sebagian diantara kita yang belajarnya belum dibantu oleh komputer. Semuanya dilakukan secara manual, karena manual ini tentu memakan biaya dan waktu. Coba hitung saja biaya dan waktu yang kita habiskan saat kita mengikuti pelajaran resmi dari SD sampai kuliah bahkan sampai kepada training perusahaan.
Biaya disini bisa kita hitung mulai dari seragam, tranportasi, alat-alat tulis, penginapan serta ditambah biaya belajar itu sendiri yang kalo di Indonesia bisa terbayang berapa mahalnya. Begitu juga waktu, mulai dari perjalanan untuk menempuh lokasi belajar, waktu belajarnya itu sendiri akan dihabiskan dengan banyak mencacat, setelah capek mencatat baik siswa atau pengajar akan membahas ini sedikit, bahkan yang parah waktu akan habis untuk mencatat saja. Untuk traning karyawan harus rela meninggalkan pekerjaanya sememtara pekerjaan setiap hari selalu bertambah karena lokasi traning yang biasanya berbeda daerah bahkan bisa beda negara.
Dengan e-learning, hal tersebut diatas bisa terpangkas semua, untuk sekolah siswa datang kesekolah dengan materi yang sudah dibagikan terlebih dahulu, sehingga waktu dikelas bisa digunakan untuk dikusi. Untuk karyawan bisa dilakukan langsung di depan meja kantornya tanpa harus keluar kota atau negara asalkan tools untuk belajar online tersedia.
2. Tidak terbatas Ruang dan Waktu
E-learning menghapus ruang dan waktu, biasanya siswa atau karyawan untuk belajar harus harus ada bangunan fisik tempat meraka belajar dan diatur pada waktu tertentu. Tentu hal ini akan sangat membebani terutama bagi yang sibuk
Kita sejak kecil terbiasa dengan pola fikir yang namanya sekolah, kuliah ya harus datang ke kelas, mencatat, mendengarkan penjelasan dari guru atau dosen atau karyawan pada saat traning harus datang kelokasi dengan ruang dan waktu yang sudah tidak bisa ditawar lagi.
Kalo sejak dini, kita sudah menerapkan e-larning, kita datang kesekolah tinggal berdikusi atau minimal guru menerangkan sepintas, siswa sudah tergambar tinggal bagaimana memperdalam materi dengan diskusi. Begitu juga karyawan, untuk traning tidak harus meniggalkan semuanya, mulai dari pekerjaan keseharianya, keluarga karena harus mengikuti traning di lain kota atau bahkan lain negara.
Dengan e-learning semua bisa dikerjakan dimanapun dan kapanpun, dimeja tempatnya bekarja, di taman, bahkan diperjalananpun tanpa harus persiapan yang ngak ada hubugannya dengan proses belajar atau meninggalkan perkerjaan, kantor, keluaraga dan semuannya..
3. Standardisasi Materi
Tidak bisa dipungkiri, materi pelajaran yang sekarang beredar di sekolah kita berbeda-beda materi, kurikulum, tingggal kedalaman materi bahkan sampai berbeda versi. Kita tahu beberapa waktu yang lalu pernah terjadi penarikan buku sejarah, karena dianggap buku tersebut tidak mengikuti kaidah yang seharusnya.
Pun kalo mengikuti kaidah yang benar terkadang penyampain oleh guru atau pemateri tidak sesui dengan kaidah yang seharusnya, sehingga siswa akan memiliki pemahaman versi guru atau pemateri tersebut.
Dengan elearning standaridisasi materi sudah jelas, bahkan siswa bisa mendapatkan materi yang semuanya sama dan asli dari sumbernya. Tinggal bagaimana siswa memahami dari materi tersebut selebihnya untuk memperdalam bisa dilakukan diskusi atau membandingkan dengan materi serupa dari belahan negara lain yang tentunya bisa didapat dengan e-learning ini.
4. Otomastisasi administrasi:
Desain e-learning yang tepat, mulai analisa sampai implementasi akan sangat membantu dalam administrasi secara otomatis, siswa bisa melihat latihan pekerjaanya, bisa melihat hasil tryoutnya, dengan statistik yang ada pada e-learning diharpkan siswa mampu membaca dengan jelas, memahami untuk kedepanya bisa menggunakan dengan tepat. Guru bisa memonitoring siswa, membuat dan menyampaikan materi dengan jelas.
Dalan e-learning yang bagus, semua serba teratur dan terarah sehingga melejitkan prestasi siswa ataupun karyawan bukan hal yang sulit untuk dicapai

Sumber : http://abudiyono.wordpress.com/2007/07/28/keuntungan-menggunakan-e-learning/

Selasa, 01 Maret 2011

Aku
 


aku hanya seorang yang rapuh 
disini aku berdiri.
menjalani hidup yang tak ku mengerti
memandang kemilau hidup kota
menikmati kesendirianku
jauh dari orang-orang yg kusayang
dari mamah, papah, dan keluarga ku
tetap berjuang dan mencoba tuk tetap tersenyum
walau rasanya memilukan.
orang2 menertawakanku
menganggap aq pungguk yg merindukan bulan…..
atas semua asa dan cita citaku……
tatapan sinis yg menusuk ulu hati
olok olok yg menyayat hati
hampir meruntuhkn pertahananku…..
namun…..
aku harus tegar!
aku tak boleh lemah…..
aku kan tetap berjuang tuk hidupku
untuk orang2 yg kucintai
meski sungai2 kecil mengalir pilu…….
meski kaki terasa tersandung…….
aku kan selalu brusaha untuk menggapai cita citaku
aku harus bisa!!!!!

 Miss Mom & Daddy